Jumat, 26 September 2008

APAPUN................


Adakah sesuatu yang disebut kesopanan alamiah?

Orang yang paling bijaksana adalah yang mengetahui bahwa dia tidak tahu…

Pengetahuan yang sejati berasal dari dalam

Barang siapa mengetahui yang benar akan bertindak benar. -Socrates-

Seorang pluralis adalah orang yang mengakui adanya banyak jalan menuju Tuhan. Lewat jalan yang beragam itu, masing-masing pemudik disemangati oleh etos bermusabaqah dalam kebajikan. Rahmat Tuhan yang tak terbataslah yang nantinya akan menentukan mana yang terbaik di antara para pemudik itu, tanpa memandang perbedaan agama dan golongannya. Demikian perbincangan Novriantoni dari Kajian Islam Utan Kayu (KIUK), Kamis (28/9) lalu, dengan Jalaluddin Rakhmat, intelektual Islam-Syiah yang meluncurkan buku Islam dan Pluralisme, pertengahan September lalu.

Berbicara tentang kebenaran, semua orang pasti merasa dirinyalah yang paling benar. Karena penyebab yang paling mendasar pada setiap permasalahan dimuka bumi ini adalah karena setiap orang merasa benar. Sedang filosof menyatakan bahwa didunia ini tak ada salah dan benar karena yang ada hanyalah alasan. Seperti hampir benar ungkapan tersebut, namun tentu saja sebagai umat Islam kita mempunyai rujukan dimana kebenaran itu berasal. Kebenaran tentunya hanya berasal dari Dzat yang Maha Penggenggam Segalanya ALLAH Azza Wajalla.

Kemudian siapa yang akan memutuskan hakikat benar itu sendiri pada sesama manusia? Apakah institusi Negara atau Institusi Islam mempunyai kewenangan dalam memutuskan siapa yang dicap benar dan siapa yang salah? Ataukah masyarakat banyak yang punya otoritas dalam menentukan kebenaran.

Kehadiran beberapa golongan baru ditubuh umat Islam pada waktu-waktu sekarang seolah mewarnai makna kebenaran dalam tubuh umat Islam sendiri yang mulai kabur. Kabur oleh kepentingan, kabur oleh egoisme sesaat, kabur oleh kesombongan akan kesempurnaan diri, dan kabur oleh kebenaran yang sesungguhnya dianugerahkan Tuhan.

Jarak antara kepercayaan diri dengan kesombongan cukup sempit. Dimana kadang kala kepercayaan diri yang berlebihan akan mengantarkan kita pada pintu kesombongan dan gerbang kebodohan.

Kehadiran Ahmadiyah sebenarnya bukan hal baru lagi di Indonesia, karena kehadiran golongan ini sesungguhnya sudah cukup lama, sampai-sampai umat Islam sendiri kaget dengan besarnya minat masyarakat yang kini telah menjadi pengikut Ahmadiyah. Namun yang ingin penulis soroti disini bukanlah fase-fase perkembangan jemaah Ahmadiyah, tetapi respon masyarakat khususnya umat Islam di Indonesia dan peran institusi dalam menghadapi realitas yang tengah terjadi.

Seperti telah diketahui bahwa kebanyakan dari masyarakat di Indonesia menganut agama Islam disebabkan oleh garis keturunan orang tua yang juga seorang muslim. Sehingga hal ini menyebabkan metode pengajaran yang diterima sebagian besar masyarakat bersifat searah, yaitu berdasarkan tradisi turun temurun. Sehingga apabila suatu saat terjadi sesuatu yang lain, yang aneh dan berbeda hadir ditengah-tengah kehidupan, masyarakat biasanya menganggap hal tersebut diluar kebiasaan dan tidak diajarkan para leluhur atau orang tua mereka dan menjadi tabu untuk dilakukan dan dilaksanakan. Lebih dimantapkan lagi larangan ini dengan mengaitkannya melalui hal yang sifatnya tidak masuk akal.

Pemikiran yang seperti ini, biasanya dialami oleh masyarakat yang memiliki kultur tradisional dan konservatif dengan membesar-besarkan perbedaan.

Saat golongan Ahmadiyah dinyatakan sesat oleh MUI, respon masyarakat serentak menyetujui keputusan yang dibuat MUI tersebut. Tak hanya Ahmadiyah saja, Wahidiyah pun kemudian diputuskan sebagai salah satu aliran yang menyimpang dari Al-Qur’an dan As-sunah. Respon penolakan masyarakat Islam semakin menjadi-jadi dengan provokasi beberapa ormas Islam untuk memboikot jemaah Ahmadiyah. Dan hal yang paling menyedihkan adalah kekerasan-kekerasan yang dilakukan yang katanya masyarakat Islam, seperti menyeret para jemaah Ahmadiyah, menghancurkan mesjid-mesjid Ahmadiyah, bahkan melakukan serangan-serangan dengan pernyataan perang terhadap jemaah Ahmadiyah. Itukah cara Islam meluruskan saudaranya?

Melihat sudut sejarah aliran Ahmadiyah ini namanya diambil dari pendirinya Mirza Ghulam Ahmad. Dalam perkembangannya kemudian golongan ini terbagi kedalam dua aliran, yakni (a) Ahmadiyah Qadiyan yang berpendapat bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi dan Rasul akhir zaman yang mendapat wahyu dari Allah untuk menyempurnakan Islam dan (b) Ahmadiyah Lahore yang berpendirian bahwa Mirza itu hanyalah seorang mujadid (pembaharu), bukan seorang nabi dan Rasul. (Prof. H. Mohammad Daud Ali, SH & Hj. Habibah Daud, SH. Lembaga-Lembaga Islam di Indonesia. 1995: 27).

Dengan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa umat Ahmadiyah di Indonesia pun berbeda pemahaman dalam memposisikan dirinya dalam ajaran tersebut. Seperti diketahui masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang mudah tersulut isu-isu Sara untuk mengimbangi isu politik yang sedang gencar. Dalam hal ini bisa saja kehadiran Ahmadiyah ini dimunculkan untuk meredam anemo/minat masyarakat dalam menghadapi kenaikan BBM. Ditambah lagi dengan penetrasi media cetak maupun elektronik yang semakin menambah panjang persoalan Ahmadiyah vs BBM.

Yang menggelitik pemikiran penulis adalah, mengapa para jemaah Ahmadiyah begitu kuatnya dengan keyakinan mereka. Meski dengan serangan yang bertubi-tubi berupa kekarasan, penghancuran, bahkan penolakan masyarakat terhadap kehadirannya, aqidah yang dimilikinya bukan semakin menurun tapi justru semakin kuat. Apa ini yang terjadi? Sedangkan akhir-akhir ini kalangan umat Islam yang non Ahmadiyah, keyakinannya hanya ditukar dengan isi perut, bungkusan mie instant pun jadi. Bahkan kalangan yang mengerti tentang benar salahnya agama justru berlomba-lomba dengan mengumpulkan kekayaan hasil korupsi. Apakah mereka dianggap sesat, dikecam, digusur, didaulat untuk bertobat, dan dinyatakan keluar dari agama Islam? Mungkin sebagian besar masyarakat juga menyatakan respon yang agresif terhadap para koruptor tersebut, namun disisi yang lain ada sebagian masyarakat bahkan masyarakat Islam sendiri menganggap biasa perbuatan koruptor. Yang sungguh Ironis malah ditahun 2004 dinyatakan bahwa korupsi nomor 2 terbesar di Jawa Barat adalah Departemen Agama. Bahkan sekolah Almamater penulis yang juga berlatar keislaman ditahun yang sama dinyatakan nomor 3 dalam kasus korupsinya!

Lantas pertanyaanya sekarang adalah, apakah peran Institusi Islam dalam kehidupan bernegara hanya diwujudkan dengan sekedar mengeluarkan fatwa, membahas kericuhan, atau saling berebut kursi panas dikalangan para elit politik? Kemudian kontribusi apa yang diberikan kepada masyarakat dalam mewujudkan kerukunan dan suri tauladan yang baik. Yang bisa menjadi figur dalam menentukan kemana arah umat Islam kedepan dengan Gardanya yang terletak pada Institusi Islam itu sendiri.

Berbicara kembali pada peran Institusi Islam di Indonesia dalam hal ini Majelis Ulama, perannya dalam pemerintahan sepertinya terbatasi oleh ruang yang sengaja diciptakan oleh pihak yang berkepentingan. Majelis Ulama, komentar ataupun fatwanya ada apabila muncul isu-isu yang berkaitan dengan ajaran agama. Negeri kita memang bukan Negara teokrasi yang berpendapat bahwa agama dan Negara tidak dapat dipisahkan, namun secara tegas Negara kita pun tidak menyatakan sebagai Negara sekuler yang memisahkan Negara dan agama secara terang-terangan. Ini bisa saja merupakan implikasi dari sistem hukum campuran (pluralistis: hukum positif, hukum islam, hukum adat) yang dianut oleh Indonesia, sehingga pemerintah sendiri pun masih butuh waktu untuk memutuskan kemana arah hukum Negara ini akan dibawa.

Implikasi dari sistem hukum campuran yang dipakai oleh Indonesia dengan contoh kasus Ahmadiyah, saat MUI menyatakan aliran Ahmadiyah sesat sebagai bukti eksistensinya dalam menjaga kemurnian Islam di Indonesia. Sebagian masyarakat setuju dengan berbagai reaksi, dari mulai reaksi yang biasa-biasa saja hingga reaksi anarkis seperti yang diungkapkan sebelumnya. Disisi lain otoritas Majelis Ulama ditanggapi dingin oleh para aktivis Hak Asasi Manusia. Reaksi dingin ini muncul disebabkan oleh respon masyarakat muslim Indonesia yang drastis kehilangan kontrol emosi setelah mendapat fatwa ulama sehingga menjatuhkan korban. Aktivis HAM berpendapat bahwa apa yang dilakukan masyarakat untuk mengikuti dan menganut ajaran Ahmadiyah merupakan salah satu bentuk kebebasan dalam beragama. Dan hal itu dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945 yang berlaku di Indonesia yaitu pasal 29 ayat (2). Disudut yang lain lagi sebagian besar umat Islam Indonesia bahkan dunia menganggap Ahmadiyah telah melakukan pelecehan agama Islam dengan menyatakan Mirza ghulam Ahmad sebagai nabi. Dapat ditarik kesimpulan bahwa yang terjadi antara sesama umat beragama ini adalah miss komunikasi yang tidak dijalin sejak awal dengan itikad untuk menyelesaikan masalah saling menerima dan mendengarkan satu sama lain. Namun walaupun ada komunikasi yang dibangun sebelumnya, tidak lain dengan membawa masing-masing argument untuk menjatuhkan satu sama lain. Bahkan ketika Majelis Ulama memakai otoritasnya untuk memutuskan kebenaran dengan mengeluarkan keputusan bahwa Ahmadiyah sesat, tetap saja tidak cukup meredam masalah namun justru mendatangkan masalah-masalah baru.

Indonesia merupakan Negara yang multi agama, maka Indonesia dapat dikatakan sebagai Negara yang rawan terhadap disintegrasi bangsa. Sebenarnya yang sekarang dibutuhkan masyarakat adalah figur-figur yang bisa menjadi suri tauladan bagi masyarakat luas. Karena krisis multidimensi yang dialami bangsa Indonesia sekarang termasuk didalamnya adalah krisis keteladanan terutama ditubuh Institusi Islam lewat tokoh-tokohnya.

Dengan semakin luasnya persaingan serta derasnya informasi yang mencekoki masyarakat dengan segala kemudahannya, hendaknya komunikasi Insitusi Islam bisa lebih mendekatkan diri pada masyarakat lewat peran-peran keagamaanya. Dan Insitusi Islam sendiri tidak hanya muncul apabila terjadi persoalan bangsa yang melibatkan umat beragama. Diharapkan dengan tindakan Institusi Islam yang lebih memasyarakat, bisa mengobati kekecewaan rakyat terhadap para pemimpin Negara yang berada dikursi kekuasaan yang justru semakin tidak merakyat dan jauh dengan keadaan masyarakat.

Harapan tinggalah harapan, dan wacana seyogianya bisa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita sebagai manusia memang selalu diliputi berbagai persoalan, gudangnya kesalahan, dan makhluk yang paling bisa mengelak dan berusaha mencari pembenaran dalam setiap tindakannya. Kesempurnaan memang tidak akan pernah dimiliki makhluk yang serba kurang ini, namun ini tidak menjadi alasan manusia untuk selalu menghindar dari apa yang telah dititahkan Tuhan dalam setiap Firmannya yaitu Beribadah.

Kesempurnaan hanyalah milik Allah. Apapun yang terjadi didunia ini sekarang baik itu ditubuh Institusi maupun jasad kita sendiri adalah merupakan proses kehidupan menuju kepada pendewasaan diri dalam mematangkan setiap keputusannya sebagai pengemban Amanah dimuka bumi (Khalifatu Fil Alrdi). Sebagai manusia biasa hendaknya kita tidak mendahulukan eksistensi ketimbang esensi dengan kata lain mendahulukan wujud daripada hakikat perannya sebagai manusia.

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger

playboy

playboy

buricak burinong

buricak burinong
kukupu lucu meureun....

Mengenai Saya

Foto saya
Saya... perempuan yang baik hati, supel, tapi kadang nyebelin... seorang mahasiswi hukum. yang mengalami kecelakaan sejarah karena salah masuk jurusan.... tapi... karena kecelakaan sejarah itu aku tahu banyak hal yang sebelumnya tak pernah terbersit difikiranku.. berminat jadi teman??? kirim email aza langsung

apa pendapatmu tentang hidup???

full house

full house
ji eun sama hyong jay butuh waktu buat memahami arti dari yang sudah terjadi. intinya.....ya..gitu lah!!!!!

NU pisan

NU pisan
tanyakan pada dunia kenapa harus ada Nahdlatul Ulama

Hadrotus Syaikh

Hadrotus Syaikh
Hasyim Asy'ari

IPPNU

IPPNU
saudara organisasiku

terserah

terserah
aku dilahirkan,,,aku dibesarkan..aku dididik..bukan untuk menghancurkan dunia dan menjadi racun dunia. tapi aku datang untuk memahami ke-AKU-anku. aku datang hanya untuk singgah, ikut menorehkan tinta peristiwa hidupku diatas kertas putih kehidupan.

it's me!!!!

it's me!!!!